Connect with us

EDUKASI

SMA SPI Sebagai Contoh Aksi Komunitas Mencegah Darurat Pendidikan Di Indonesia

Published

on

Key Leader Regional Marketing HDI, Su-Mae Chia

JAKARTA – PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI) sebagai sebuah perusahaan pemasaran berbasis jaringan sosial mengajak masyarakat berdiskusi tentang Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia, sebuah isu yang menjadi perhatian utama HDI.

Dalam hal ini, HDI bekerja sama dengan Semua Murid Semua Guru (SMSG), sebuah komunitas pendidikan yang berusaha menggaungkan isu ini sekaligus menginspirasi para tenaga pendidik dan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menyelesaikan masalah dan membuat sebuah perbedaan demi Indonesia yang lebih baik.

Untuk mendiskusikan hal tersebut, HDI dan SMSG mengadakan seminar Parenting & Millennial Teaching Workshop yang melibatkan guru-guru dan pemerhati pendidikan dari jaringan SMSG dan masyarakat awam yang peduli pendidikan.

Key Leader Regional Marketing HDI, Su-Mae Chia menjelaskan, HDI adalah perusahaan pemasaran yang menjalankan bisnis lewat jaringan sosial yang selalu menekankan pentingnya potensi setiap orang.

“HDI selalu memerhatikan kualitas pengembangan kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.

Dia mengatakan, HDI mendukung Julianto Eka Putra, salah satu top leader HDI di Indonesia mendirikan SMA Selamat Pagi Indonesia (SMA SPI). Melalui SMA SPI, HDI telah membantu ratusan siswa dari kalangan kurang mampu di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan gratis sekaligus mendapatkan berbagai macam pelatihan untuk menjadi wirausahawan independen di berbagai sektor.

“Melalui inisiatif tersebut, Julianto Eka Putra, dianugerahi penghargaan Kick Andy Heroes 2018. Di tahun yang sama, HDI mendapatkan tawaran dari production house untuk memproduksi film layar lebar “Say, I Love You…” HDI melihat inisiatif ini sebagai kesempatan yang baik untuk menampilkan kisah nyata Julianto Eka Putra dan siswa-siswi SMA SPI yang inspiratif,” kata Su-Mae Chia.

Di ambang Revolusi Industri 4.0, Indonesia masih memiliki masalah dalam mengelola sumber daya manusia. Ketika persaingan global menuntut orang untuk memiliki kecakapan pengelolaan teknologi tinggi, wajah pendidikan Indonesia masih dihantui dengan fakta bahwa ada 13 juta anak yang tidak mengenyam pendidikan dan 187 ribu anak putus sekolah*.

Inilah yang dimaksud dengan gawat darurat pendidikan di Indonesia dan dibutuhkan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia untuk mengatasi masalah ini.

Sejak tahun 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah mengidentifikasi Gawat Darurat Pendidikan Indonesia dengan beberapa parameter.

Masalah keterbatasan pendidikan umumnya berakar dari kemiskinan dan merupakan masalah yang sangat rumit karena terkait dengan masalah besar lain seperti kurangnya akses untuk asupan  makanan bergizi, kurangnya akses terhadap informasi, dan masalah besar lainnya.

3 persoalan utama pembangunan di bidang pendidikan, yaitu akses, kualitas dan pemerataan. Sekitar 3-15 juta anak umur sekolah di Indonesia tidak mengenyam pendidikan.

Najelaa Shihab, praktisi pendidikan dan pendiri Semua Murid Semua Guru (SMSG) yang menjadi pembicara dalam Parenting & Millenial Teaching Workshop juga menyebutkan bahwa perbaikan akses memang  memberi kesempatan anak untuk sekolah, tetapi saat berada di ruang kelas mereka dijejali informasi yang seharusnya mudah didapat dengan teknologi.

Peningkatan kualitas belajar-mengajar saat ini masih sebatas pada upaya pemenuhan tujuan yang terlalu rendah yaitu untuk meningkatkan pencapaian nilai ujian atau demi mengungkit data statistik di permukaan.

“Kualitas belum mempercakapkan kebutuhan asasi manusia, pengembangan individu yang utuh untuk menjawab kebutuhan abad 21, atau memupuk insan yang siap berkontribusi bagi dan dari negeri ini.

Pemerataan yang diupayakan dalam kenyataannya kerap kekurangan sumber daya atau terjebak dalam sistem penganggaran,” ungkap Najelaa Shihab.

Lebih lanjut lagi, Najelaa memberikan beberapa prinsip yang harus diimplementasikan dalam usaha memberdayakan pendidikan, di antaranya: 1. Menciptakan proses belajar sepanjang hayat, 2. Memberdayakan semua pelaku dan peran; 3. Menghargai keberagaman; 4. Berkolaborasi secara terbuka; dan 5. Mempraktikkan standar baik.

“Berkaca pada gawat darurat pendidikan Indonesia, kita harus menyadari bahwa seluruh pemangku kepentingan harus berkontribusi, jangan saling menyalahkan, tapi harus bekerja sama dalam menyelesaikan masalah pendidikan.” ujar Najelaa Shihab.

Inisiatif yang diluncurkan oleh HDI dan Julianto Eka Putra lewat SMA SPI adalah sebuah contoh bahwa kolaborasi dapat menyelesaikan masalah darurat pendidikan di Indonesia.

Bagaimanapun, semangat aksi kolaborasi semacam ini masih harus ditumbuhkan di daerah lain di Indonesia oleh lebih banyak pemangku kepentingan, supaya kita bisa mencegah generasi selanjutnya jatuh lebih jauh dalam kondisi gawat darurat pendidikan.

Julianto Eka Putra, pendiri SMA SPI dan Top Leader HDI di Indonesiamerenungkan pengalamannya saat mendirikan SMA SPI.

“Menurut pengalaman saya, mendirikan sekolah gratis itu satu hal, tapi lebih dari itu memberikan pendidikan yang layak bagi murid merupakan hal yang lebih sulit.

Meskipun mereka semua datang dari keluarga yang kurang beruntung, tapi adanya perbedaan dari latar belakang keluarga, ternyata membutuhkan pendekatan berbeda untuk masing-masing murid.” ujar Julianto.

Beberapa murid berasal dari keluarga miskin dan datang dengan kepercayaan diri yang sangat rendah, sedangkan siswa yang lain datang dengan kemampuan intelektual yang buruk akibat kurangnya asupan nutrisi.

Ada pula yang datang dari daerah yang sangat terpencil dengan adat istiadat yang sangat berbeda pula. Setiap murid punya trauma yang masing-masing harus disembuhkan, supaya mereka memiliki keinginan untuk sukses dan hasrat untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri.

Di samping pemberian kurikulum pembelajaran SMA pada umumnya, di SMA SPI para murid juga dilatih dalam kewirausahaan.

Pendidikan kewirausahaan diberikan dalam beberapa unit usaha. Unit usaha ini dikelola oleh para alumni dengan mempekerjakan beberapa karyawan.

Saat ini, SMA SPI memiliki 16 divisi, di antaranya agen wisata, peternakan, perkebunan, penyiaran, manajemen pertunjukan, pernak-pernik, kuliner, hotel, event organizer, dan lain-lain.

Perjuangan nyata Julianto Eka Putra dan kisah para murid SMA SPI saat ini telah diadaptasi ke layar lebar. Sebuah film berjudul “Say, I Love You…” yang disutradarai Faozan Rizal (sebelumnya menyutradarai “Habibie Ainun”, 2012) dan dibintangi Verdi Solaiman Dinda Hauw, Aldi Maldini, Rachel Amanda, dan Olga Lidya telah selesai diproduksi oleh MBK Pictures dan segera tayang di bioskop seluruh Indonesia di tahun 2019. HDI adalah produser eksekutif dari film.

“SPI adalah bukti nyata bahwa hanya sekolah saja tidak mampu menjembatani kesenjangan lebar yang dibawa para murid ke dalam sekolah, melainkan kombinasi dari program sekolah, layanan sosial, organisasi komunitas, dan civil society bisa menghasilkan dampak yang besar,” pungkas Julianto Eka Putra. [WR]

Penulis: Wawan Rizky

Klik untuk komentar

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

EDUKASI

Trakindo Volunteers Mengajar Mendorong Solidaritas Kesukarelawanan di Dunia Pendidikan

Published

on

photo: Trakindo

JAKARTA – PT Trakindo Utama (Trakindo) penyedia solusi alat berat Cat® di Indonesia menyadari, solidaritas merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama yang
semakin diperhatikan dimasa pandemi, terutama kesukarelawanan. Terlebih, kesukalerawanan juga dapat mendorong transformasi sosial, lingkungan dan ekonomi yang positif.

Hal itu mendasari Trakindo menghadirkan kembali program kesukarelawanan perusahaan bertajuk Trakindo Volunteers Mengajar (TVM) yang diikuti karyawan dari berbagai wilayah operasional Trakindo di seluruh Indonesia.

Di tahun ini TVM mengambil tema Kesehatan di Masa New Normal dan Karier Masa Depan dan berlangsung di 27 SDN dan 5 SMP binaan Trakindo pada Oktober-November 2022.

Melalui program ini, Trakindo ingin mengajak masyarakat Indonesia terus peduli dengan generasi penerus bangsa dan mendukung perjuangan para guru dalam menghadapi berbagai tantangan dunia pendidikan dan sekaligus memperingati Hari Sukarelawan Internasional yang diperingati pada setiap tanggal 5 Desember.

Head of Corporate Communication & CSR Manager Trakindo, Candy Sihombing, mengatakan, momentum Hari Sukarelawan Internasional 2022, melalui program Trakindo Volunteers Mengajar, komitmennya dalam pembangunan bangsa, sekaligus mengajak masyarakat untuk turut serta berkolaborasi mendukung kemajuan sektor pendidikan guna mewujudkan siswa yang cerdas, inovatif, adaptif, dan berkarakter Pancasila.

“Program ini merupakan perwujudan semangat Trakindo, Advancing You Forward, untuk terus melakukan pengembangan berkelanjutan, mengembangkan kapasitas dan kapabilitas seluruh elemen masyarakat, serta menjadi bentuk aktualisasi diri dari setiap karyawan Trakindo untuk dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa,” ujar Candy.

Dalam mendukung sektor pendidikan, kolaborasi dari berbagai pihak menjadi salah satu hal penting yang dibutuhkan. Terutama karena sektor ini terdampak besar akibat berbagai disrupsi seperti pandemi dan perkembangan teknologi. Dibutuhkannya metode baru untuk mendukung proses belajar siswa.

Hal ini sudah mulai dipraktikkan para pengajar, misalnya dengan lebih banyak melibatkan penggunaan gawai untuk mendukung proses belajar di dalam kelas. Metode baru ini menimbulkan kebiasaan baru sehingga siswa perlu wawasan tambahan, seperti mekanisme penggunaan gawai yang baik dan literasi digital.

Detail-detail seperti ini jika tidak ditangani dengan baik dapat berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Di sini lingkungan
pendukung siswa memiliki peran untuk mengajarkan tata cara kehidupan adaptasi kebiasaan baru.

Menanggapi problematika kebutuhan dunia pendidikan di era new normal, Muhammad Zabur, Kepala Sekolah SD Negeri 264 Wawondula, Sorowako, Sulawesi Selatan menjelaskan partisipasi dari pihak eksternal sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada murid tentang kebiasaan di era new normal, terutama terkait bagaimana situasi saat ini dan aspek kesehatan diri.

“Di era normal baru ini, ada beberapa kebutuhan siswa terkait situasi pandemi yang tidak semuanya bisa difasilitasi oleh guru, sebab tidak semuanya ada dalam kapasitas kami sebagai pengajar. Keberadaan eksternal seperti Trakindo Volunteers Mengajar sangat membantu kami dalam menjaga murid-murid agar tetap memiliki porsi belajar yang cukup,” jelas Zabur.

Sekolah memiliki tantangan dalam memfasilitasi tumbuh kembang pendidikan anak dengan baik di era tatanan kehidupan new normal. Riset yang dilakukan dosen STKIP PGRI Sumenep (2020) memetakan beberapa fenomena orientasi baru dalam praktik pembelajaran yaitu: orientasi pada empati dibanding kuasa; peran penting lingkungan siswa selain guru; penguasaan materi pada kompetensi yang relevan; dan metode pembelajaran yang sesuai kebutuhan tiap siswa. Melihat fenomena tersebut, terdapat prinsip pembelajaran yang perlu diterapkan, antara lain: proses pendidikan yang lebih berorientasi pada siswa, termasuk dalam kebutuhanbkesehatan fisik dan psikososial; adaptif, seperti perlunya modifikasi target dan cara pembelajaran saat situasi darurat; merumuskan formula untuk memadukan pembelajaran tatap muka (PTM) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ); serta memastikan keterlibatan berbagai pihak seperti orang tua untuk mewujudkan proses belajar-mengajar tetap efektif dan tepat sasaran.

Dalam upaya mendukung prinsip pembelajaran baru tersebut, TVM kembali hadir pada tahun ini dengan beberapa materi terkait kesehatan di era New Normal. TVM adalah program inisiatif kerelawanan karyawan sejak 2013 sebagai usaha terkait tanggung jawab sosial Trakindo pada bidang pendidikan di berbagai Sekolah Binaan Trakindo. Program ini bertujuan memajukan pendidikan berbasis karakter dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, menempatkan siswa sebagai fokus kegiatan, serta menumbuhkan kerelawanan sosial para karyawan. Hingga saat ini tercatat lebih dari 5.000 karyawan telah turut berpartisipasi secara aktif dalam program Trakindo Volunteers Mengajar dengan mencapai lebih dari 37.000 jam mengajar.

Pada penyelenggaraan TVM tahun ini, dukungan yang diberikan berupa materi sesuai kebutuhan tiap sekolah, seperti mata pelajaran untuk praktik kehidupan sehari-hari; materi tentang kesehatan seperti pentingnya aktivitas fisik seperti berolahraga; bahaya penggunaan gawai yang berlebihan; dan protokol kesehatan new normal.

“Program ini adalah bentuk komitmen Corporate Citizenship Trakindo dan sekaligus melengkapi program penguatan pendidikan yang berkesinambungan di setiap jenjang pendidikan, yaitu, Gerakan Transformasi Edukasi (Generasi) Trakindo untuk SD & SMP; dan program CO-OP Trakindo untuk tingkat SMK dan Pendidikan Tinggi Vokasi,” tambah Candy.

Menanggapi tentang kehadiran program Trakindo Volunteers Mengajar, Ramadhansyah, Kepala Sekolah SDN 04 Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menyampaikan,

“Trakindo Volunteers Mengajar menghidupkan kembali interaksi belajar-mengajar antara guru dengan siswa. Trakindo mengajarkan kami model pembelajaran yang efektif, seperti pentingnya penerapan metode challenge-based learning. Selain itu, program ini juga mengajarkan pentingnya pemberian apresiasi setelah siswa mampu melakukan tugas yang diberikan. Dari pemberian apresiasi inilah keaktifan siswa dan antusiasme terhadap apa yang sedang diajarkan meningkat,” jelas Ramadhansyah saat menceritakan pengalamannya. SDN 04 Ketapang pada Trakindo Innovakids 2022.

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan generasi baru yang berkualitas merupakan tanggung jawab semua orang, tidak hanya guru dan tenaga pengajar.

“Trakindo senantiasa berupaya untuk dapat berkontribusi demi pembangunan bangsa dengan merancang berbagai program untuk mendukung dunia pendidikan, salah satunya dengan melibatkan karyawan sebagai aksi nyata dari komitmen Trakindo yang diharapkan dapat dirasakan langsung masyarakat Indonesia sehingga mereka bisa menikmati manfaat dari keberadaan Trakindo,” tutup Candy. [ivn]

Continue Reading

EDUKASI

MES Foundation Dukung Kegiatan Penelitian Mahasiswa S1 Melalui Program Beasiswa

Published

on

credit: mes foundation

JAKARTA – Selama kurang lebih tujuh bulan, pandemi terbukti cukup menghambat aktivitas Pendidikan salah satunya kegiatan penelitian bagi mahasiswa tingkat akhir.

Masyarakat Ekonomi Syariah melalui salah satu badan otonomnya Yayasan Bhakti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES Foundation) turut terlibat dan berkontribusi menyukseskan kegiatan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 melalui pemberian dana hibah atau beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah.

MES Foundation berkontribusi dalam hal membantu kelancaran penyelesaian tugas akhir mahasiswa dengan kualitas yang baik sekaligus berupaya menciptakan SDM ekonomi dan keuangan syariah yang unggul dan berdaya saing.

Dengan adanya inisiasi ini, diharapkan pemberian beasiswa penelitian tidak hanya bermanfaat bagi penerima beasiswa saja. Melainkan industri ekonomi dan keuangan syariah baik dari sektor perbankan syariah, sektor non-perbankan syariah, dan pasar modal syariah yang terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung dari adanya pandemi Covid-19.

Program beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah MES Foundation dibuka sejak pembukaan pendaftaran pada 1 Oktober 2020 hingga 15 Oktober 2020 dengan mengusung tema penelitian “Mewujudkan Ekonomi dan Keuangan Syariah Berkelanjutan Melalui Pengembangan Halal Value Chain, Penguatan SDM, serta Implementasi Teknologi”.

Pendaftaran dilakukan secara online pada website beasiswa.mesfoundation.id dengan melampirkan proposal atau gambaran penelitian yang akan dilakukan dan juga beberapa dokumen administrasi. Sebagai syarat utama, pendaftar dikhususkan bagi mahasiswa/i jurusan ekonomi syariah atau sejenisnya yang sedang menempuh tugas akhir (skripsi) maksimal semester VIII.

Setelah meng-upload proposal penelitian, mahasiswa terpilih akan mengikuti tahapan selanjutnya mulai dari seleksi administrasi, wawancara, hingga pengumuman penerima beasiswa pada 2 November 2020.

Para penerima beasiswa kemudian akan diminta untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan maksud untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bentuk bunga rampai dan atau jurnal oleh mes foundation.

Program beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah diharapkan menjadi Langkah awal yang strategis dan berkelanjutan sebagai sarana kolaborasi antara sektor Pendidikan dan sector industry. Selain itu, mampu menciptakan insan terbaik bangsa yang mengedepankan intelektual, kepemimpinan, dan iman.

oleh: Ananda Ramadhani

Continue Reading

EDUKASI

Sosialisasi 4 Pilar MPR RI: Meningkatkan Kesadaran Untuk Berbangsa Dan Bernegara

Published

on

photo credit: pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI, Prof. Dr. H. Bachtiar Aly, MA/dok

BOGOR – Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI bekerjasama dengan Lembaga Citra Tunas Unggul (LCTU) menggelar sosialisasi empat pilar MPR RI, yakni Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, dan NKRI sebagai bentuk negara, serta Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Sosialisasi ini, dilaksanakan Rabu (31/7/2019) bertempat di Aula Madrasah Asy- Syifa, Kp. Pondok Menteng RT 02 RW 04, Desa Citapen, Kec. Ciawi Bogor, Jawa Barat. Turut hadir dalam acara ini, pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI, Prof. Dr. H. Bachtiar Aly, MA sebagai narasumber utama, pimpinan dan segenap pengurus LCTU, Bogor serta pimpinan yayasan Madrasah Asy-Syifa.

Dalam pemaparannya, Prof. Bachtiar Aly berharap, sosialisasi ini akan meningkatkan kesadaran untuk berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah terprovokasi diadu domba yang akan melemahkan hubungan hidup di tengah lingkungan perbedaan. Karena itu, tegas beliau, empat pilar ini memang perlu disosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat.

“Dengan tujuan memantapkan kembali semangat yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara, meningkatkan pemahaman tentang persatuan dan kesatuan dalam NKRI, serta meningkatkan kesadaran hukum dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.

Kegiatan ini, lanjut Prof. Bachtiar, sangat bermanfaat guna menanamkan rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan serta memperkuat potensi integrasi bangsa seperti halnya gotong-royong, dan kerukunan umat beragama.

“Walaupun kita berbeda latar belakang suku, budaya dan agama namun merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak menjadikan perbedaan itu, melainkan memandangnya sebagai sebuah kekuatan dan keharmonisan,” ujar Bachtiar.

Empat pilar kebangsaan merupakan empat tiang penyangga dalam suatu negara, dimana tiang-tiang penyangga tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sehingga negara tersebut dapat berdiri dengan sangat kokoh.

“Berdiri kokohnya NKRI pada akhirnya berpulang pada apakah kita masih menggunakan empat pilar kebangsaan. Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, UUD NRI tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR RI, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara,” kata Bachtiar.

Pakar Komunikasi Politik ini melanjutkan, paradigma masyarakat yang begitu aktif, dinamis dan berkebangsaan saat ini merupakan akses dari perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat, baik sebagai konsekuensi tuntutan zaman maupun perkembangan semakin terbukanya pola pikir masyarakat yang maju, kritis, dan universal.

“Perubahan dinamika tersebut mengharuskan MPR RI melakukan penyesuaian, utamanya yang berkaitan dengan kedudukan kelembagaan tugas dan wewenangnya,” katanya.

Pentingnya nilai-nilai luhur budaya bangsa, sesuai dengan amanat pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014 joUndang-Undang Nomor 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; MPR membentuk badan sosialisasi yang salah satu tugasnya memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Sesuai amanat UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR RI, DPR RI, DPD RI, dan DPRD RI, lembaga negara MPR RI diamanatkan untuk melaksanakan sosialisasi dan memasyarakatkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Sudah seharusnya setiap warga negara, penyelenggara negara dan lembaga kenegaraan serta lembaga kemasyarakatan lainnya, utamanya generasi muda untuk memahami kembali dan mengimplementasikan empat pilar berbangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan sosialisasi dan membumikan kembali nilai-nilai luhur empat pilar berbangsa kepada semua elemen bangsa agar tidak tergerus zaman,” katanya. [ath]

penulis: Toha

Continue Reading

Terpopuler