Connect with us

EDUKASI

Finlandia Memiliki Sistem Pendidikan Terbaik Dunia, Berikut Alasannya

EduPublik.com–Ternyata negara yang paling baik saat ini untuk tata kelola pendidikannya bukanlah Amerika Serikat, Jepang atau Jerman. Akan tetapi, kiblat pendidikan dunia saat ini mengarah ke negara Finlandia. Amerika Serikat sendiri berada jauh dibawah level Finlandia, tepatnya di urutan ke-17. Lalu, dimana daya tarik sistem pendidikan di Finlandia dengan negara-negara lainnya khususnya Indonesia? Jawabannya adalah di kemandirian siswa dan gurunya.

Di Finlandia kemandirian dalam mengikuti proses belajar mengajar itu tidak hanya dinikmati oleh guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting. Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.

Sistem inilah yang dipertahankan oleh Finlandia hingga akhirnya berhasil mengantarkan negara ini berada pada posisi puncak sebagai negara yang paling berhasil mengelola pendidikan nasionalnya. Fantastiknya, dalam evaluasi belajar, angka ketidak lulusan secara nasional tidak pernah melebihi 2 persen pertahunnya. Finlandia juga tidak mengenal istilah ujian semester apalagi ujian nasional layaknya ditanah air. Evaluasi belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah sekali pun. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri.

Jadi jangan pernah berhayal bahwa guru-guru di Finlandia disibukkan untuk mengejar terget-target tertentu karena di negeri ini guru selalu menyesuaikan bahan ajarnya dengan kebutuhan setiap pelajar. Jadi, di Finlandia siapa pun presidennya dan menteri pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas.

Mau bagaimana caranya, maka gurulah yang berwewenang atas itu karena guru dipandang sebagai sosok yang paling mengerti mau dimana wajah pendidikan Finlandia dibawa dimasa yang akan datang. Sistem ini telah berdampak positif kepada pola cara mengajar guru yang tidak terlalu dipusingkan oleh hiruk pikuknya politik nasional negaranya. Keseriusan negara Finlandia menyokong keberhasilan pendidikan nasionalnya dibuktikan dengan diterapkannya kebijakan gratis sekolah 12 tahun. Kerenkan?

Guru-guru Finlandia adalah lulusan terbaik setiap perguruan tinggi dan mereka harus masuk dalam kelompok 10 besar lulusan terbaik. Jika tidak, jangan pernah bermimpi jadi guru di negeri ini. Itulah sebabnya guru-guru di Finlandia betul-betul berdedikasi tinggi. Gajinya besar dong? Tidak. Guru-guru Finlandia justru digaji dengan gaji secukupnya bahkan bisa dikatakan kurang memadai. Tetapi gurunya begitu menikmati profesinya hal ini karena mayoritas masyarakat Finlandia begitu menghormati dan menghargai profesi seorang guru.

Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!

Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan. Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.

Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.

Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Ditanah air Indonesia, sebenarnya sistem pendidikan Finlandia telah terterapkan sejak tahun 1961 melalui wadah gerakan pramuka. Apa yang berlaku di Finlandia jelas-jelas merupakan sistem pendidikan yang berlalu di gerakan pramuka. Dimana setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota pramuka, bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji. Disamping itu, setiap 32 orang anggota pramuka dibina oleh 3 orang pembina secara terus menerus. Akan tetapi sistem pendidikan kepanduan ditanah air ini tidak mendapat respon yang positif ditanah air.

Buktinya kendati berhasil melahirkan kader-kader bangsa yang mandiri, negara ternyata tidak berani mengalokasikan dana BOS yang ada pada setiap sekolah untuk sepersekian persen wajib dipergunakan untuk mengelola gerakan pramuka di gugus depan. Pendidikan nasional kita yang masih sarat dengan kepentingan politik kepala daerah menjadikan potret pendidikan begitu semraut. Pelaksanaan UN yang jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya selalu dipertahankan untuk alasan yang tidak jelas. Bahkan ironisnya lagi, UN telah mengajarkan bangsa ini bagaimana berlaku curang dan menipu. Gilanya lagi peserta UN dikawal dan diamati setiap detik melalui layar CCTV.

Seperti teroriskan. Cara-cara gila ini begitu dibangga-banggakan oleh pemerintah bahkan institusi pendidikan sendiri. Padahal metode ini punya dampak physicologi bagi para pelajar dimana UN benar-benar menjadi beban berat. Jadi jangan heran bila di Nias pada hari pertama UN ada siswa yang meninggal dunia begitu menerima lembar soal ujian. Finlandia tidak pernah membebani muridnya untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi ke-kreativitasan seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah. Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional.

Setiap murid selalu diberi les tambahan yang berlebihan, pelajar di wajibkan mengikuti Tryout hampir tiap bulan dengan alasan untuk mengukur kemampuan siswa. Dirumah disuguhi lagi dengan tugas-tugas berat bahkan ada lagi menu les tambahan yang ditawarkan padahal nuansa bisnisnya lebih terasa daripada urgensinya bagi peserta didik. Repot bukan? Alhasil, pelajar tanah air lahir dan besar tanpa pernah mempergunakan otaknya untuk berkreativitas. Generasi muda pun besar penuh dengan tekanan. Jadi jangan heran, walaupun lulus UN 100 persen ternyata persentasi lulus SMPTN berbanding terbalik dengan kelulusan UN.

Inilah setidaknya potret pendidikan kita dewasa ini. Indonesia jatuh kepada tingkat kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Alih-alih untuk mencerdaskan bangsa tetapi cara-cara yang dilakukan justru mengantarkan bangsa ini kelembah kehancuran.

Oleh karena itu kita perlu berbenah. Mengembalikan sistem pendidikan kezaman dahulu kala (seperti cerita orangtua kita) dimana setiap anak dan orangtua begitu menghormati guru perlu kita lakukan. Guru harus diberi otoritas penuh untuk mengatur kurikulumnya sendiri. Setiap anak juga tidak dibebani dengan tugas ini dan itu. Bahkan birokrasi pendidikan kita yang berbelit-belit perlahan-lahan harus dikurangi. Wajib belajar 12 tahun mutlak harus dilakukan tentunya dengan biaya gratis. Tidak hanya itu wajar 12 tahun itu harus dengan satu izajah saja yaitu izajah SMA. Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan.

Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA. Maka evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja. Menggratiskan pendidikan dinegara ini bukanlah hal yang mustahil. Bukankah 40 persen APBN kita mark-up dan 30 persennya dikorupsi.

Jadi andai pengelolaan keuangan negara kita ditata dengan baik maka tidak mustahil dimasa-masa yang akan datang biaya pendidikan kita yang saat ini ditampung 20 persen dalam APBN kedepannya akan meningkat menjadi 50 persen. Bila sudah demikian, bukankah pendidikan kita sudah bisa digratiskan.

Beberapa hal yang mungkin bisa ditiru, dari sistem pendidikan yang ada di Finladia, diantaranya :

1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben pembelajaran yang berat.)
2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.
3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diajar ).
4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan  SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)
5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.
6.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan  per siswa mengungguli  Amerika Serikat.
7.  30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi.Dan tertinggi di erofa
9.  Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata
10. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA.bahkan17,5  peresen lebih tinggi dari AS .
12. 43 persen dari Finlandia siswa sekolah menengah pergi ke sekolah kejuruan.
13.Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
43 percent of Finnish high-school students go to vocational schools.
14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”
15. Finlandia memiliki jumlah  guru sebanyak di  New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.

 

Diolah dari berbagai sumber

Klik untuk komentar

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

EDUKASI

Trakindo Volunteers Mengajar Mendorong Solidaritas Kesukarelawanan di Dunia Pendidikan

Published

on

photo: Trakindo

JAKARTA – PT Trakindo Utama (Trakindo) penyedia solusi alat berat Cat® di Indonesia menyadari, solidaritas merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap sesama yang
semakin diperhatikan dimasa pandemi, terutama kesukarelawanan. Terlebih, kesukalerawanan juga dapat mendorong transformasi sosial, lingkungan dan ekonomi yang positif.

Hal itu mendasari Trakindo menghadirkan kembali program kesukarelawanan perusahaan bertajuk Trakindo Volunteers Mengajar (TVM) yang diikuti karyawan dari berbagai wilayah operasional Trakindo di seluruh Indonesia.

Di tahun ini TVM mengambil tema Kesehatan di Masa New Normal dan Karier Masa Depan dan berlangsung di 27 SDN dan 5 SMP binaan Trakindo pada Oktober-November 2022.

Melalui program ini, Trakindo ingin mengajak masyarakat Indonesia terus peduli dengan generasi penerus bangsa dan mendukung perjuangan para guru dalam menghadapi berbagai tantangan dunia pendidikan dan sekaligus memperingati Hari Sukarelawan Internasional yang diperingati pada setiap tanggal 5 Desember.

Head of Corporate Communication & CSR Manager Trakindo, Candy Sihombing, mengatakan, momentum Hari Sukarelawan Internasional 2022, melalui program Trakindo Volunteers Mengajar, komitmennya dalam pembangunan bangsa, sekaligus mengajak masyarakat untuk turut serta berkolaborasi mendukung kemajuan sektor pendidikan guna mewujudkan siswa yang cerdas, inovatif, adaptif, dan berkarakter Pancasila.

“Program ini merupakan perwujudan semangat Trakindo, Advancing You Forward, untuk terus melakukan pengembangan berkelanjutan, mengembangkan kapasitas dan kapabilitas seluruh elemen masyarakat, serta menjadi bentuk aktualisasi diri dari setiap karyawan Trakindo untuk dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa,” ujar Candy.

Dalam mendukung sektor pendidikan, kolaborasi dari berbagai pihak menjadi salah satu hal penting yang dibutuhkan. Terutama karena sektor ini terdampak besar akibat berbagai disrupsi seperti pandemi dan perkembangan teknologi. Dibutuhkannya metode baru untuk mendukung proses belajar siswa.

Hal ini sudah mulai dipraktikkan para pengajar, misalnya dengan lebih banyak melibatkan penggunaan gawai untuk mendukung proses belajar di dalam kelas. Metode baru ini menimbulkan kebiasaan baru sehingga siswa perlu wawasan tambahan, seperti mekanisme penggunaan gawai yang baik dan literasi digital.

Detail-detail seperti ini jika tidak ditangani dengan baik dapat berdampak buruk bagi perkembangan siswa. Di sini lingkungan
pendukung siswa memiliki peran untuk mengajarkan tata cara kehidupan adaptasi kebiasaan baru.

Menanggapi problematika kebutuhan dunia pendidikan di era new normal, Muhammad Zabur, Kepala Sekolah SD Negeri 264 Wawondula, Sorowako, Sulawesi Selatan menjelaskan partisipasi dari pihak eksternal sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada murid tentang kebiasaan di era new normal, terutama terkait bagaimana situasi saat ini dan aspek kesehatan diri.

“Di era normal baru ini, ada beberapa kebutuhan siswa terkait situasi pandemi yang tidak semuanya bisa difasilitasi oleh guru, sebab tidak semuanya ada dalam kapasitas kami sebagai pengajar. Keberadaan eksternal seperti Trakindo Volunteers Mengajar sangat membantu kami dalam menjaga murid-murid agar tetap memiliki porsi belajar yang cukup,” jelas Zabur.

Sekolah memiliki tantangan dalam memfasilitasi tumbuh kembang pendidikan anak dengan baik di era tatanan kehidupan new normal. Riset yang dilakukan dosen STKIP PGRI Sumenep (2020) memetakan beberapa fenomena orientasi baru dalam praktik pembelajaran yaitu: orientasi pada empati dibanding kuasa; peran penting lingkungan siswa selain guru; penguasaan materi pada kompetensi yang relevan; dan metode pembelajaran yang sesuai kebutuhan tiap siswa. Melihat fenomena tersebut, terdapat prinsip pembelajaran yang perlu diterapkan, antara lain: proses pendidikan yang lebih berorientasi pada siswa, termasuk dalam kebutuhanbkesehatan fisik dan psikososial; adaptif, seperti perlunya modifikasi target dan cara pembelajaran saat situasi darurat; merumuskan formula untuk memadukan pembelajaran tatap muka (PTM) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ); serta memastikan keterlibatan berbagai pihak seperti orang tua untuk mewujudkan proses belajar-mengajar tetap efektif dan tepat sasaran.

Dalam upaya mendukung prinsip pembelajaran baru tersebut, TVM kembali hadir pada tahun ini dengan beberapa materi terkait kesehatan di era New Normal. TVM adalah program inisiatif kerelawanan karyawan sejak 2013 sebagai usaha terkait tanggung jawab sosial Trakindo pada bidang pendidikan di berbagai Sekolah Binaan Trakindo. Program ini bertujuan memajukan pendidikan berbasis karakter dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, menempatkan siswa sebagai fokus kegiatan, serta menumbuhkan kerelawanan sosial para karyawan. Hingga saat ini tercatat lebih dari 5.000 karyawan telah turut berpartisipasi secara aktif dalam program Trakindo Volunteers Mengajar dengan mencapai lebih dari 37.000 jam mengajar.

Pada penyelenggaraan TVM tahun ini, dukungan yang diberikan berupa materi sesuai kebutuhan tiap sekolah, seperti mata pelajaran untuk praktik kehidupan sehari-hari; materi tentang kesehatan seperti pentingnya aktivitas fisik seperti berolahraga; bahaya penggunaan gawai yang berlebihan; dan protokol kesehatan new normal.

“Program ini adalah bentuk komitmen Corporate Citizenship Trakindo dan sekaligus melengkapi program penguatan pendidikan yang berkesinambungan di setiap jenjang pendidikan, yaitu, Gerakan Transformasi Edukasi (Generasi) Trakindo untuk SD & SMP; dan program CO-OP Trakindo untuk tingkat SMK dan Pendidikan Tinggi Vokasi,” tambah Candy.

Menanggapi tentang kehadiran program Trakindo Volunteers Mengajar, Ramadhansyah, Kepala Sekolah SDN 04 Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menyampaikan,

“Trakindo Volunteers Mengajar menghidupkan kembali interaksi belajar-mengajar antara guru dengan siswa. Trakindo mengajarkan kami model pembelajaran yang efektif, seperti pentingnya penerapan metode challenge-based learning. Selain itu, program ini juga mengajarkan pentingnya pemberian apresiasi setelah siswa mampu melakukan tugas yang diberikan. Dari pemberian apresiasi inilah keaktifan siswa dan antusiasme terhadap apa yang sedang diajarkan meningkat,” jelas Ramadhansyah saat menceritakan pengalamannya. SDN 04 Ketapang pada Trakindo Innovakids 2022.

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan generasi baru yang berkualitas merupakan tanggung jawab semua orang, tidak hanya guru dan tenaga pengajar.

“Trakindo senantiasa berupaya untuk dapat berkontribusi demi pembangunan bangsa dengan merancang berbagai program untuk mendukung dunia pendidikan, salah satunya dengan melibatkan karyawan sebagai aksi nyata dari komitmen Trakindo yang diharapkan dapat dirasakan langsung masyarakat Indonesia sehingga mereka bisa menikmati manfaat dari keberadaan Trakindo,” tutup Candy. [ivn]

Continue Reading

EDUKASI

MES Foundation Dukung Kegiatan Penelitian Mahasiswa S1 Melalui Program Beasiswa

Published

on

credit: mes foundation

JAKARTA – Selama kurang lebih tujuh bulan, pandemi terbukti cukup menghambat aktivitas Pendidikan salah satunya kegiatan penelitian bagi mahasiswa tingkat akhir.

Masyarakat Ekonomi Syariah melalui salah satu badan otonomnya Yayasan Bhakti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES Foundation) turut terlibat dan berkontribusi menyukseskan kegiatan pendidikan di tengah pandemi Covid-19 melalui pemberian dana hibah atau beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah.

MES Foundation berkontribusi dalam hal membantu kelancaran penyelesaian tugas akhir mahasiswa dengan kualitas yang baik sekaligus berupaya menciptakan SDM ekonomi dan keuangan syariah yang unggul dan berdaya saing.

Dengan adanya inisiasi ini, diharapkan pemberian beasiswa penelitian tidak hanya bermanfaat bagi penerima beasiswa saja. Melainkan industri ekonomi dan keuangan syariah baik dari sektor perbankan syariah, sektor non-perbankan syariah, dan pasar modal syariah yang terkena dampak secara langsung maupun tidak langsung dari adanya pandemi Covid-19.

Program beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah MES Foundation dibuka sejak pembukaan pendaftaran pada 1 Oktober 2020 hingga 15 Oktober 2020 dengan mengusung tema penelitian “Mewujudkan Ekonomi dan Keuangan Syariah Berkelanjutan Melalui Pengembangan Halal Value Chain, Penguatan SDM, serta Implementasi Teknologi”.

Pendaftaran dilakukan secara online pada website beasiswa.mesfoundation.id dengan melampirkan proposal atau gambaran penelitian yang akan dilakukan dan juga beberapa dokumen administrasi. Sebagai syarat utama, pendaftar dikhususkan bagi mahasiswa/i jurusan ekonomi syariah atau sejenisnya yang sedang menempuh tugas akhir (skripsi) maksimal semester VIII.

Setelah meng-upload proposal penelitian, mahasiswa terpilih akan mengikuti tahapan selanjutnya mulai dari seleksi administrasi, wawancara, hingga pengumuman penerima beasiswa pada 2 November 2020.

Para penerima beasiswa kemudian akan diminta untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan maksud untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bentuk bunga rampai dan atau jurnal oleh mes foundation.

Program beasiswa penelitian ekonomi dan keuangan syariah diharapkan menjadi Langkah awal yang strategis dan berkelanjutan sebagai sarana kolaborasi antara sektor Pendidikan dan sector industry. Selain itu, mampu menciptakan insan terbaik bangsa yang mengedepankan intelektual, kepemimpinan, dan iman.

oleh: Ananda Ramadhani

Continue Reading

EDUKASI

Sosialisasi 4 Pilar MPR RI: Meningkatkan Kesadaran Untuk Berbangsa Dan Bernegara

Published

on

photo credit: pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI, Prof. Dr. H. Bachtiar Aly, MA/dok

BOGOR – Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI bekerjasama dengan Lembaga Citra Tunas Unggul (LCTU) menggelar sosialisasi empat pilar MPR RI, yakni Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, dan NKRI sebagai bentuk negara, serta Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Sosialisasi ini, dilaksanakan Rabu (31/7/2019) bertempat di Aula Madrasah Asy- Syifa, Kp. Pondok Menteng RT 02 RW 04, Desa Citapen, Kec. Ciawi Bogor, Jawa Barat. Turut hadir dalam acara ini, pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI, Prof. Dr. H. Bachtiar Aly, MA sebagai narasumber utama, pimpinan dan segenap pengurus LCTU, Bogor serta pimpinan yayasan Madrasah Asy-Syifa.

Dalam pemaparannya, Prof. Bachtiar Aly berharap, sosialisasi ini akan meningkatkan kesadaran untuk berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah terprovokasi diadu domba yang akan melemahkan hubungan hidup di tengah lingkungan perbedaan. Karena itu, tegas beliau, empat pilar ini memang perlu disosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat.

“Dengan tujuan memantapkan kembali semangat yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara, meningkatkan pemahaman tentang persatuan dan kesatuan dalam NKRI, serta meningkatkan kesadaran hukum dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.

Kegiatan ini, lanjut Prof. Bachtiar, sangat bermanfaat guna menanamkan rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan serta memperkuat potensi integrasi bangsa seperti halnya gotong-royong, dan kerukunan umat beragama.

“Walaupun kita berbeda latar belakang suku, budaya dan agama namun merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak menjadikan perbedaan itu, melainkan memandangnya sebagai sebuah kekuatan dan keharmonisan,” ujar Bachtiar.

Empat pilar kebangsaan merupakan empat tiang penyangga dalam suatu negara, dimana tiang-tiang penyangga tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sehingga negara tersebut dapat berdiri dengan sangat kokoh.

“Berdiri kokohnya NKRI pada akhirnya berpulang pada apakah kita masih menggunakan empat pilar kebangsaan. Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, UUD NRI tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR RI, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara,” kata Bachtiar.

Pakar Komunikasi Politik ini melanjutkan, paradigma masyarakat yang begitu aktif, dinamis dan berkebangsaan saat ini merupakan akses dari perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat, baik sebagai konsekuensi tuntutan zaman maupun perkembangan semakin terbukanya pola pikir masyarakat yang maju, kritis, dan universal.

“Perubahan dinamika tersebut mengharuskan MPR RI melakukan penyesuaian, utamanya yang berkaitan dengan kedudukan kelembagaan tugas dan wewenangnya,” katanya.

Pentingnya nilai-nilai luhur budaya bangsa, sesuai dengan amanat pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014 joUndang-Undang Nomor 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; MPR membentuk badan sosialisasi yang salah satu tugasnya memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Sesuai amanat UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR RI, DPR RI, DPD RI, dan DPRD RI, lembaga negara MPR RI diamanatkan untuk melaksanakan sosialisasi dan memasyarakatkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Sudah seharusnya setiap warga negara, penyelenggara negara dan lembaga kenegaraan serta lembaga kemasyarakatan lainnya, utamanya generasi muda untuk memahami kembali dan mengimplementasikan empat pilar berbangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan sosialisasi dan membumikan kembali nilai-nilai luhur empat pilar berbangsa kepada semua elemen bangsa agar tidak tergerus zaman,” katanya. [ath]

penulis: Toha

Continue Reading

Terpopuler